Hitler adalah orang yang mengabdikan diri pada tujuan, Yohanes Paulus II adalah oralng yang mengabdikan diri pada tujuan. Hanya saja keduanya berada dikutub yang berbeda, walaupun keduanya menyerahkan hidup untuk tujuan yang mereka yakini kebenaran dan kekuatannya. Hitler berkeyakinan dunia akan lebih baik dibawah satu kekuasaan yaitu bangsanya, ras Aria, dirinya. Sementara Yohanes Paulus II yakin kekuatan cinta kasih dan penghargaan yang tinggi terhadap sesama umat manusia akan menjadikan dunia lebih baik.
Mengabdikan diri sepenuhnya kepada tujuan kemudian disebut dan dikenal sebagai komitmen.
Hari sore saat Rey mengajak Dewi untuk keluar. Ipung sangat bersemangat dengan 2 tiket 21. "Dewi pasti suka dengan kejutan yang gue kasih. Filmnya seru tapi romantis,"pikir Rey sesaat sebelum menunjukkan tiket itu ke Dewi. Sayangnya, situasi tidak seperti yang Rey bayangkan. Dewi menampik, menolak dan hebatnya dengan cara yang kasar. "Mau kemana sih Rey? Gue lagi males," sergah Dewi sambil melengos. Rey terpaku. Pikirannya terhempas. Jiwanya seperti lepas dari raganya. Reaksinya buruk sekali. Rey membanting pintu mobilnya dan pergi tanpa pamit. Dewi melihat kejadian itu dengan terheran-heran. "Kenapa si Rey? Kok ngambek gitu. Dasar laki-laki, kayak anak kecil," kata Dewi dalam hati.
Ipung berjalan menuju rumah Mei. Siang itu panas banget. Debu-debu beterbang terusik roda kendaraan yang lewat. Penjaga toko geram karena setiap setengah jam harus ngelap show case toko yang mereka jaga. Rumah Mei kelihatan sepi saat Ipung memasuki halaman. Rumah yang sejuk dengan pohon Mangga didepan rumah. "Akhirnya nyampe juga. Whew...what a day. Bumi kok panas kayak gini ya,"pikir Ipung menaiki teras menuju pintu untuk mengetuk. Tok tok tok....tok tok tok....tok tok tok. "Mei...Mei....gue nih Ipung," panggil Ipung. "Tante...permisi....anybody home?" ulang Ipung. Pada kemana nih orang-orang, pikir Ipung yang yakin pasti ada Mei karena dia sudah janjian dan tidak ada nada panggil sms atau telepon dari Mei. Tidak ada pembatalan. Tok tok tok...kali ini lebih keras. "Mei....Mei...." panggil Ipung juga lebih keras. Duhhhh, pada kemana sih, Ipung dalam hati sambil ngelongok-longok dari sela gordyn yang tersingkap. Dari dalam sama sekali tidak ada jawaban, tetap sepi. Ipung putus asa dan merebahkan diri maksudnya untuk menenangkan diri di kursi kayu teras dan pada saat itu dia melihat post it menempel pada meja yang sepertinya jatuh dari kaca teras (karena posisinya yang miring).
"Pung, sori banget ya. Gue harus pergi nemenin nyokap. Tante gue dateng dan sekarang gue kudu jemput di Cengkareng. Dan karena gue nyetir kayaknya gak bakalan sempet telepon Ipung. Sori ya. Thx. Mei". Ipung meregang. Jantungnya sempat berdegup cepat. Wajahnya terasa hangat. Tangannya gemetar. Emosinya di siang hari bolong menggoda untuk dilampiaskan. Ipung menarik nafas, menghembuskannya tiga empat kali.
Ipung meraih handphone-nya menekan-nekan beberapa huruf yang membentuk kalimat yang diperintahkannya "It's ok Mei. Hati-hati nyetirnya. Kalau sudah free. Call gue ya. Love you babe."
Dewi yang demikian polos dan naif bertanya-tanya kenapa Rey bisa semarah itu ketika ajakan nontonnya ditolak Dewi. Rey membukukan dendam dan menantikan pembalasan yang lebih menyakitkan.
Ipung mengerti bahwa dia tidak boleh meributkan hal-hal seperti yang dialaminya demi kebersamaannya dengan Mei, demi cita cita membangun hubungan yang sehat dan dinamis serta jika Tuhan mengijinkan ke jenjang pernikahan. Ipung menyadari apa yang dilakukannya adalah latihan akan apa yang sudah mereka tulis bersama, janjikan bersama "no sweat about the smal things in love" - tidak meributkan hal kecil dalam cinta, dalam satu hubungan. Karena memang betul, tidak ada gunanya.
Buat Anda yang sudah menjalani bahtera pernikahan? Apakah Anda masih meributkan hal-hal kecil sehingga Anda merasakan jalan menuju tujuan [membentuk keluarga yang sukses] sangat berliku, berat, tak sampai-sampai? Buat Anda yang belum menikah atau menuju ke gerbang pernikahan, sudahkah Anda bersama pasangan Anda menorehkan komitmen bersama, kalimat-kalimat yang Anda berdua harus latih di sisa waktu saat mengucap janji, kalimat-kalimat yang akan menjaga Anda tetap pada jalur menuju cita-cita setiap pasangan nikah, keluarga yang sukses, bahagia dan sejahtera.
Buat Anda yang sedang mencari pasangan. Carilah dengan mulai membicarakan tujuan Anda, visualisasikan kesuksesan keluarga macam apa yang akan Anda bangun. Bicarakan, samakan visi dengan calon pasangan Anda. Jika belum bertemu, jangan menyerah untuk menemukannya. Camkan dan renungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar