Kamis, 23 September 2010

Karena CInta atau karena komitmen, Ipung tidak melakukannya...




Mei melompat riang turun dari mobilnya. Langkah-langkah kecilnya mengikuti nada pendek lagu yang disenandungkannya. Rambutnya yang kemerahan sebahu terlempar kesana kesini. "Aku akan menyayangi Ipung selamanya. Apapun akan aku lakukan demi kebaikannya. Aku yakin dia untukku," entah itu lagu atau karangan Mei sendiri. 

Beberapa jam sebelumnya...

Siang sudah jauh meninggalkan ubun ubun. Matahari sudah condong ke barat sehingga bayangan meregang ke arah timur. Jam menunjukkan pukul 5 waktu Indonesia bagian barat. Mei berjalan menelusuri beberapa toko di pusat perdagangan kotanya. Ia baru saja menyelesaikan kelas gymnastic yang setiap 2 hari rutin dikunjunginya. Tangannya mencari kunci mobil di dalam tasnya. Tas yang berisi seluruh dunia. Ya, bayangkan dari peralatan make up hingga mp3 player, camera digital dan bando yang tidak cuma satu. Tiba-tiba jantungnya berhenti berdegup. Mati gue, jari tangannya menyentuh bon laundry 5asec. Mei segera meraih hand phone-nya. Astaga, miss call dari Ipung, tujuh kali. My God..my God…dohhhh! Kok gue bisa lupa sih. Mati deh gue. Ipung pasti ngamuk. Acaranya dia gimana ya?
Mei lupa untuk mengambil jas yang Ipung titipkan. Jas itu mau dipakai Ipung di acara Press Conference perusahannya. Ipung tidak sempat mengambilnya karena di pagi hingga siang harinya sibuk mempersiapkan diri. Dan itu sudah diperkirakannya, oleh sebab itu ia meminta tolong Mei untuk mengambil dan mengantarnya ke lokasi. “Jangan sampai lupa ya Mei. Itu jas keberuntangan gue,” pinta Ipung sambil mengedipkan matanya.
Ipung gelisah melihat jam tangannya. Tinggal setengah jam jam lagi acara Press Conference akan dimulai. Duh, si Mei kemana lagi? Cuma diminta tolong gitu aja, kagak bisa. Jari jarinya segera mengulangi hal yang sama untuk yang ke tujuh kalinya, memencet nomor Mei. “Telepon gak diangkat lagi. Kenapa lagi ini anak. But, jangan-jangan….,” suasana hati Ipung bertransformasi dari suasana kekesalan yang menyebalkan menjadi perasaan penuh kekhuatiran. Apakah Mei aman-aman saja? Belum muncul dan HP tidak dijawab. Ipung langsung lemas.


Beberapa jam kemudian...


“Halo..Pung..halo,” kata Mei lirih saat ada suara diujung telepon sana.
“Mei…..duhhh, kamu kemana aja sihhhh.,” Ipung menyambar. Ini telepon yang dia tunggu dari tadi.
“Sorry Pung, sori banget, bukan Mei bermaksud….”
“Sssttttttt…Mei kamu gak apa-apa khan?” potong Ipung
“Nggak, Mei gak apa2,”sekarang Mei yang bingung. “Ipung gak marah sama Mei?”
“Aku itu mengkhawatirkan Mei. Gimana bisa marah?”
“Mei gak apa-apa kok. Trus, acara press con kamu gimana?” Mei penasaran
“Udeh selesai. Sukses loh. Tadi, Ipung beli batik aja di mall sebelah. Ternyata pakai batik lebih Indonesia dan wartawan suka banget. Blessing in disguise..Mei,” sambar Ipung riang.
Mei tertegun sendiri. Mei bangga sama Ipung.
Mei segera menuju mobilnya setelah tangannya menemukan kunci dari tas tangannya. Pulang untuk menemui Ipung di rumah.

Sahabat, Ipung tidak marah karena cinta atau karena komitmen terhadap sebuah cita-cita? Mari kita Tanya sama Ipung.

“Saya sebenarnya jengkel sama Mei. Masa dimintain tolong seperti itu aja lupa. Seharusnya dia mengerti betapa pentingnya acara itu buat saya. Dan saya sudah mengingatkannya sebelum berangkat ke kantor tadi pagi. Memang sih tadi dia sedang asik dengan blackberry-nya. Saya sempat berpikir ini tidak akan terjadi jika saya bersama dengan si anu dan si ani. Saya sempat merasa sedikit penyesalan telah memilih dan mencintai Mei.
Tapi untungnya tadi terlintas, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Mei sehingga semuanya jadi berantakan? Sama teman saja saya perhatian. Masa dengan calon istri, saya tidak menaruh perhatian. Saat saya lemas memikirkannya.
Saat lemas saya jadi sempat berdiskusi dengan diri sendiri, apa perlu saya marah ke Mei?
Apakah karena tidak ada jas maka acara press conference saya akan bubar?
Apakah kalau hal ini diributkan dengan menegur Mei dan belum lagi kalau Mei jadi kesal dengan teguran saya, akan membuat saya dan Mei menuju cita-cita kami berdua lebih cepat tercapai ataukah malah menjauhkan kami dari cita-cita kami?
Dan jika di putar balik, 'kesalahan' kecil ini masih tidak seberapa dibanding 'ketidaksalahan' Mei selama ini.
Itulah yang membuat saya mengambil keputusan cepat dengan meminta staff saya untuk membeli batik ukuran saya dengan warna yang saya minta tapi motif saya serahkan kepadanya,” jawab Ipung.

Temukan jawabannya, bukan maksud saya ngerjain Anda tapi mungkin Anda perlu membacanya beberapa kali untuk bisa menemukan apakah cinta atau apakah komitmen, Ipung tidak menganggap kejadian di atas sebagai hal yang perlu diributkan.

Selamat menjalani hubungan yang memiliki visi! 

* Semoga menginspirasi Anda dan mungkin cerita ini bisa digunakan untuk menyindir pasangan Anda (kalau Anda menemukan kesulitan mengkomunikasikannya) ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar